27 Feb 2016

Rumah Jalan Hazelwood [2]

Akhir-akhir ini waktu terasa seperti berlari. Begitu cepat. Rasanya seperti berada dalam mobil yang dipacu begitu kencang. Bedanya, kecepatan membuat pemandangan menjadi kabur. Sementara waktu, tak selalu ia menghapus ingatan, karena ada hal-hal yang justru dikekalkan oleh waktu yang berlalu.

Misalnya saja, ingatan tentang rumah itu. Kami menyebutnya Rumah Jalan Hazelwood. 

Siapa yang mengira sudah lima bulan kami meninggalkan rumah berlantai dua dan berkamar lima itu. Rasanya baru kemarin kami membuka pintunya untuk pertama kali, mengatur ruang demi ruang, sudut demi sudut, seakan rumah itu akan selamanya kami tinggali. Padahal di rumah itu, kami hidup dengan jam Ctesibus. Pada jam itu, pasir di tabung atas akan habis mengalir ke tabung bawah dalam waktu tiga bulan.

Hanya tiga bulan. Tapi kami tidak peduli. Kami menjalani hari, seakan selamanya adalah milik kami.

Memang ada orang-orang yang menghindari kedalaman hubungan, karena resikonya adalah perpisahan.Ada pula yang takut membuat kenangan, karena resikonya adalah kehilangan. Tapi di Rumah Jalan Hazelwood, kami memeluk perpisahan. Di akhir perjalanan, kami saling melambaikan tangan sambil menghapus air mata. Tapi kami tetap saja banyak tertawa. Dan soal kehilangan, kami menerjemahkannya begini: kebersamaan pada akhirnya hanya berubah bentuk. Kami tidak pernah mengalami kehilangan, waktu telah mengubahnya menjadi kenangan dan rindu.

Seperti sekarang, ketika Rumah Jalan Hazelwood muncul di ingatan, kami akan mengenangnya dengan bahagia. Kami beruntung, karena kami tahu kami tak perlu melupakan apapun. Kami tidak hanya mengenang mainan ikan paus di kamar mandi, tapi juga malam-malam ketika tiga gadis penghuni rumah berbagi air mata. Kami tidak hanya mengenang senja yang kami lihat dari pekarangan belakang, tapi juga hari-hari ketika dua orang penghuni kamar bawah bertengkar. Meskipun tentu saja, kami lebih sering mengingat hal-hal lucu, seperti penghuni kamar tengah yang tidur dengan baju hangat lengkap dengan kaos kaki di musim panas, atau bagaimana dia sering berlagak menjadi perayu ulung.

Ternyata, kami masih sekumpulan orang-orang yang tak peduli. Kami mengenang, seakan kenangan selamanya milik kami.




p.s.: Catatan pertama Rumah Jalan Hazelwood bisa dibaca disini

No comments:

Post a Comment