29 Jun 2015

Keajaiban (2)

'terima kasih sudah berdoa, 
ternyata keajaiban memang ada.'
katamu tiba-tiba,
dan kita tertawa bersama.

pada keajaiban, 
biarkan kata-kata dalam kisah kita menemukan rima. 
karena seperti makna tawa kita, 
keajaiban itu sungguh ada. 

aku percaya.





#MenulisRandom2015
#HariKesembilanbelas



26 Jun 2015

What Does It Mean to be Close to You?

It means that I should prevent myself from spending too much time pondering the proximity between us. For listening to your voice singing in the room next door, or hearing the sound of your peculiar steps outside my window, or smelling the scent of vodka and gin when you walk by, surely will draw a trace of meaning only me understands. The meaning that would leave me feels like standing between the edges.

For being close to you, each and every day, means I would spend too much time pretending I am busy making tea while I try so hard to decide whether I will stay where you are or go back to my room, close the door, and feel sorry for not being there.




#MenulisRandom2015
#HariKedelapanbelas


24 Jun 2015

Bersulang!

: Daniel Sasongko



untuk waktu yang penuh dengan puisi dan kopi
untuk pesan-pesan tentang rubrik sastra di Kompas Minggu
untuk halaman-halaman buku dan daftar putar lagu-lagu
untuk hujan dan percakapan malam-malam

untuk ulang tahunmu tahun ini,

bersulang!




#MenulisRandom2015
#HariKetujuhbelas

Lovespoon

Namanya Ceris Owen. Dia adalah nenek yang menjadi host saya dalam sebuah weekend home stay bersama penduduk lokal. Dia tinggal sendirian di Wrexham, sebuah kota kecil di Wales, hanya bersama seekor anjing labrador tua bernama Duty. Sepertinya kegiatannya sehari-harinya hanya seputar menjadi host bagi mahasiswa-mahasiswa asing, minum teh bersama teman-temannya dan mengajak Duty berjalan-jalan.

Kami tidak banyak berkeliling saat itu. Musim dingin di Wales sangat berangin dan sungguh merepotkan. Kami menghabiskan sebagian besar waktu kami di mobil, berkeliling di jalanan pedesaan Wales sambil melihat salju di puncak-puncak pegunungan. Tapi Ceris sempat mengantar saya ke kota kecil di dekat Wrexham, yang sayangnya namanya tidak bisa saya ingat.

Hal pertama yang dia lakukan adalah membawa saya ke toko souvenir dan menyuruh saya membeli lovespoon. Ya, sendok. Tapi tentu saja bukan sendok yang sering kita temui di meja makan, ini adalah sendok cinta, terbuat dari kayu, dengan ukir-ukiran indah pada pegangannya.

Toko souvenir yang kami kunjungi menjual lovespoon dengan berbagai ukuran. Semakin besar maka ukirannya semakin rumit dan harganya semakin mahal. Saya memilih sendok yang paling kecil, yang paling murah, namun bentuknya menurut saya cukup bagus. Jujur saja, saya sebenarnya tidak terlalu tertarik pada lovespoon itu, tapi ya sudahlah, saya tidak bisa tidak membelinya atau Ceris akan kecewa.

Di perjalanan pulang Ceris bercerita tentang lovespoon, yang kini menjadi oleh-oleh khas Wales.

Dia bilang lovespoon adalah tanda cinta dari seorang pria untuk gadis impiannya. Tradisi ini muncul sekitar abad ke-17 dan menjadi populer sampai abad ke-19. Waktu itu, ketika seorang pria menemukan gadis yang ia cintai, ia akan membuat sebuah lovespoon dan memberikannya kepada gadis itu sebagai tanda lamaran. Si gadis bisa saja menerima lovespoon dari banyak pria dan memajangnya di rumahnya tanpa menerima lamaran pria-pria itu.

Ceris bertanya apakah saya sudah menemukan pria yang saya cintai. Saya bilang belum. Lalu dia menyuruh saya menyimpan lovespoon yang saya beli. Suatu hari nanti, jika saya menemukan pria yang bisa mencuri hati saya, saya harus memberikan lovespoon saya untuknya.

Saya tidak menyangka perjalanan saya ke Wales akan melibatkan hal-hal romantis seperti ini.

Tapi mungkin ide Ceris cukup menyenangkan. Mungkin suatu hari, ketika ada seorang pria yang menyatakan perasaannya, saya akan memberikan lovespoon itu sebagai tanda saya memiliki perasaan yang sama. Tapi, itupun kalau lovespoon saya tidak hilang entah kemana, karena saya sungguh tidak berbakat menyimpan barang-barang berharga.



#MenulisRandom2015
#HariKeenambelas





22 Jun 2015

Bekas Luka

Kemarin aku melihat bekas luka itu di tangan kirimu. Sebuah sayatan. Memanjang dari pergelangan tanganmu. Tipis, hampir tidak kelihatan. Tapi aku tidak bertanya itu bekas luka apa.

Seingatku kamu jarang bicara tentang bekas luka. Luka apa saja. Bahkan ketika mengenang seseorang yang pergi dari hidupmu beberapa tahun yang lalu, kau tidak menunjukkan bekas luka itu. Kau hanya menceritakannya dengan biasa seakan peristiwa itu sudah tidak berarti apa-apa.

Ah, bekas luka memang bukan topik yang menyenangkan. Dia adalah sebuah paksaan untuk mengingat apa yang begitu ingin dilupakan. Dia adalah bentuk kerapuhan yang mungkin ingin disembunyikan. Tapi dia juga adalah bentuk kekuatan dan keberanian untuk bertahan. 

Mungkin suatu hari aku akan memintamu bercerita tentang bekas lukamu, meski mungkin sudah tidak ada yang bisa kulakukan dengan bekas luka itu.






#MenulisRandom2015
#HariKelimabelas

16 Jun 2015

Edensor: Ingatan tentang Mimpi yang Hilang


Dan mereka kembali, ke Edensor, desa di pelosok Derbyshire, tempat Andre Hirata menemukan betapa skenario kehidupan itu memang misterius. Kali ini mereka tidak hanya merayakan mimpi, tapi merayakan persahabatan. Ketika tikar digelar di rerumputan, makanan dikeluarkan, dan kisah-kisah diceritakan, mereka mengingat kembali bagaimana semua ini bermula. Mereka mengingat ketika semua masih berupa rencana, sampai kemudian hidup membawa mereka ke negeri para penyihir dengan mimpi mereka masing-masing.

Tapi di Edensor, jauh di dalam hati, gadis itu merayakan mimpi-mimpi yang hilang, mimpi-mimpi yang terlepas dari genggaman, mimpi-mimpi yang tidak terjangkau. Gadis itu ingat bagaimana ia belajar merapikan pecahan-pecahan hatinya dan memutuskan pergi. Gadis itu ingat bagaimana dia dulu sebenarnya ingin pergi ke kota tempat cinta dirayakan. Kota dengan aroma kopi dan roti. Kota dengan penjual bunga mawar di depan toko-toko barang antik.

Tapi hidup membawanya terbang ke negeri para penyihir. Disana ia menemukan mimpi yang berbeda. Mimpi yang dengannya ia harus berdamai. Ia mulai belajar memahami pertanda langit. Ketika kelabu dan biru begitu cepat berganti dan orang-orang bicara dengan aksen yang memaksanya mendengar dengan ekstra konsentrasi.

Ah, tapi gadis itu tahu, hidup tidak pernah salah. Seperti Andrea yang tidak menemukan dosen pembimbingnya di Sheffield, lalu naik bis tanpa rencana dan terdampar di Edensor, desa yang bertahun-tahun ada di mimpinya. Andrea tidak pernah tahu akhir ceritanya, sepertinya ia hanya menikmati perjalanannya.

Ada saat-saat gadis itu takut membuat rencana. Tapi di Edensor, gadis itu sekali lagi memutuskan untuk menikmati apa yang kini ada di depan mata dan menyerahkan akhir ceritanya pada kebijaksanaan kehidupan.



#MenulisRandom2015
#HariKeempatbelas

14 Jun 2015

Moments

For getting me those sandals when you see me barefoot. For waiting my cooking done even though you are hungry. For waiting for me in the park bench so we can have lunch among the trees. For walking around aimlessly at night and ending up in an ice cream shop. For putting my jacket's hood on my head when we are walking under the rain. For bringing me to the market just to buy some leeks and a watermelon. For buying me those movie tickets. For not being busy with your cell phone when you are with me. For telling me your fear and doubts and letting me console you.

For simply enjoying times together. For not letting me go afterward.




#MenulisRandom2015
#HariKetigabelas

Pulang

hujan sudah berhenti
senja hampir turun
aku menunggu
sampai habis detik-detik itu

kau tersenyum
perjalanan kita sekarang adalah pulang




#MenulisRandom2015
#HariKeduabelas

12 Jun 2015

Keajaiban (1)

Benar, mungkin saat ini hanya keajaiban yang mampu menolongmu. Tapi, biarkan aku memberitahumu satu rahasia. Keajaiban tidak sejauh yang kau pikirkan. Dia ada begitu dekat, sedekat kau percaya. 

Kau masih ingat kedai teh favoritku di kota kecil tempat kita bermain ayunan dulu? Disana ada tulisan seperti ini, "Some see stars, but I see wishes." Apa yang kau lihat saat ini? Ketidakpastian? Aku memilih melihat kemungkinan. Atau, apakah kau tak juga melihat ujung jalan? Aku memilih bernyanyi sepanjang perjalanan.

Keajaiban itu hanya sedekat kau percaya. Nantikan dengan mata berbinar dan hati yang membuncah dengan harapan. Kau sudah berlari sejauh ini, kau pasti mampu berjalan beberapa langkah lagi. Keajaibanmu sudah menunggu.



#MenulisRandom2015
#HariKesebelas


11 Jun 2015

From Now On, I Will Remember You

from now on,
every time I see dandelions flying under the blue sky
I will remember you
the way you shook your head
when you were watching me blowing that kind of seeds and making a wish

from now on,
every time I hear the birds chirping behind the trees
I will remember you
the way your eyes squinted to see those little creatures
and wondered why we don't have the same voices back home

from now on,
every time I touch the falling snow
I will remember you
the way you walked slowly in the midst of the blizzard
and said that it was cool

from now on,
every time I smell the scent of the grass after the rain
I will remember you
the way you happily run and jumped under the sun
as the field is your true playground

from now on,
every time I remember you
I will reminisce all the memories
and wonder why when it comes about you
I am not that easily forgetful




#MenulisRandom2015
#HariKesepuluh

10 Jun 2015

Pesan-Pesan Kecil Untuk Kalian


Untuk Sahabat Perempuan yang Mencintai Laut:
Suatu hari, ketegaranmu akan melahirkan pelangi. Lalu kau akan merayakan semua kisah yang pernah kau tulis di atas pasir dan kau biarkan terhapus ombak. Dengan berseri-seri kau akan mulai menulis di kertas-kertas kecil, memasukkannya ke dalam botol, dan menyerahkannya pada laut yang kau cintai. Di seberang sana, akan ada yang menemukannya dan menjadi tegar sampai mereka menemukan pelanginya sendiri.

Untuk Pria Empat Musim:
Aku tidak ingat tanggal berapa kita pertama berjumpa. Aku tidak ingat baju apa yang kau pakai waktu itu. Aku tidak ingat apa percakapan pertama kita. Aku tidak ingat bagaimana kita bisa menjadi dekat. Padahal biasanya aku ingat. Tapi mungkin karena pada awalnya memang tidak ada yang istimewa. Lalu semuanya merupa keajaiban.

Untuk Gadis yang Dulu Bermimpi Menjadi Putri:
Kau akan menemukan pangeranmu, aku yakin itu. Dia pasti seorang pria yang lembut hati, yang akan menyeka air matamu dan menceritakan banyak hal lucu. Dia tidak hanya akan mengagumi kerapuhanmu, tapi juga akan melindungimu. Dia akan membuatmu bahagia, bahagia yang manis dan sederhana.

Untuk Gadis yang Menemukan Apa Kata Hatinya:
Percayalah pada hatimu, meskipun kau menghabiskan banyak waktu untuk hanya berdiri di persimpangan tanpa menentukan pilihan. Nanti, kalau keadaan seperti ini kau alami lagi, ingatlah, kadang yang kita butuhkan memang hanya waktu dan kesempatan.

Untuk Adik Laki-Laki Kebanggaan:
Jangan berubah. Tetaplah membanggakan. Teruslah berjalan dengan kepala tegak dan hati yang tertunduk. Kau akan melihat kerja kerasmu terbayar dengan kebahagiaan mereka yang menyayangimu.

Untuk Gadis yang Diam-Diam Ingin Bertapa di Himalaya:
Aku merindukanmu, merindukan percakapan tentang hal-hal aneh yang absurd. Mungkin mereka yang memahamimu memang hanya orang-orang aneh sepertiku. Tapi ingatlah, kau tidak pernah kesepian. Kau selalu bisa menulis, melukis, dan membaca kisah-kisah dari para pejalan yang kau kagumi itu. Dan kau selalu bisa meminjam bukuku.



#MenulisRandom2015
#HariKesembilan

9 Jun 2015

Bagaimana Kau Mengatakan Rindu

Aku tidak pernah memikirkan tentang rindu, apalagi mengatakannya. Mungkin karena pertemuan kita adalah niscaya meskipun memang ada jeda. Tapi mungkin rindu yang membuatmu mengirim pesan singkat itu, "Kau dimana? Aku ingin mengajakmu menonton film." Aku tidak ingat kau pernah seperti ini sebelumnya. Kalau saja kau tidak mengajakku menonton horor, aku pasti sudah mengiyakan ajakanmu. Akhirnya kita sepakat menundanya sampai film tentang dinosaurus rilis minggu depan.

Tidak semua orang bisa mengatakan rindu. Beberapa orang akan mengatakannya dengan bahasa yang berbeda. Mungkin kau salah satunya. Bagaimana kau mengatakan rindu adalah dengan menyuruhku datang lebih awal dari jadwal kita pergi ke festival di tepi sungai. Katamu, "Kita sarapan dulu baru setelah itu berangkat." Atau, bagaimana kau mengatakan rindu adalah dengan menyuruhku tinggal lebih lama. Katamu, "Tunggulah sampai waktu makan malam. Setelah itu kita masih bisa ngobrol-ngobrol. Lagipula bis terakhir masih beberapa jam lagi. Aku akan mengantarmu menunggu bis nanti."

Tapi aku terbiasa menerima apa yang di depan mata, bukan tipikal pembaca pertanda. Aku tidak memahami caramu mengatakan rindu. Sampai hari itu...

"Karena aku masih rindu!" katamu spontan, tak terencana, di sela-sela pertengkaran saat aku berkeras ingin pulang dan memaksamu memberi alasan kenapa aku harus tinggal. Kau berdiri di depan pintu, menahanku. Aku tercekat, tapi terlalu marah untuk mengatakan hal yang sama. Aku tetap memutuskan pulang.

Seandainya kau tahu, sejak hari itu aku banyak berpikir tentang rindu. Memikirkan bagaimana caramu mengatakannya. Sebegitu tak pahamnyakah aku sampai hari itu kau harus mengatakannya dengan bahasa yang bukan bahasamu?




#NulisRandom2015
#HariKedelapan

8 Jun 2015

Siapa Yang Tahu

Kemarin ada yang mengingatkan aku tentang hidup yang sering kali memberi kejutan-kejutan kecil. "Siapa yang tahu?" begitu katanya. 

Siapa yang tahu kalau kita, yang tidak saling mengenal sebelumnya, dipertemukan di kota kecil berjarak tujuh ribu tiga ratus sepuluh mil dari kota tempat kita sama-sama tinggal. Siapa yang tahu kalau suatu malam, kita akan sama-sama merasa lapar dan memutuskan mencari makan berdua, sementara yang lain pergi berbelanja. Siapa yang tahu kalau kita akan kebetulan bertemu di perpustakaan, bicara tentang rencana perjalanan, lalu memutuskan pergi bersama. Siapa yang tahu kalau kita akan saling merasa nyaman, enjoying each other's company, sehingga selalu ada rencana-rencana selanjutnya.

Temanku itu juga bilang begini, "Maybe your days will never be the same again when you go back home..."

Yes, definitely maybe.

Karena siapa yang tahu kalau sekali lagi kita akan tinggal di kawasan yang berdekatan, hanya saja kali ini kita sudah saling kenal. Siapa yang tahu kalau setelah ini benar-benar akan ada sore-sore yang kita lewatkan di pojok-pojok ibu kota, seperti yang sering kau rencanakan. Siapa yang tahu kita akan mewujudkan janji kita masing-masing: kau mentraktirku di restoran ikan favoritmu dan aku membawamu ke toko kue kesukaanku. Siapa yang tahu kalau nanti kita benar-benar akan mengunjungi pulau-pulau berpantai indah, sekali lagi bertualang bersama. Siapa yang tahu kita benar-benar akan pergi ke kota tempat kau dibesarkan yang juga adalah kota tempat sebagian hatiku patah. 

Karena siapa yang tahu apa yang akan diberikan oleh hidup. Mungkin kejutan-kejutan kecil yang manis. Seperti hadiah yang diletakkan di bawah pohon natal, tak bisa dibuka sampai pagi menjelang. Kau tahu, memang ada hal-hal yang sebaiknya dibiarkan begitu saja dalam genggaman ajaib kehidupan. Kali ini, kita cuma perlu belajar berjalan dengan waktu yang kadang menentukan sendiri arah yang dia mau. Karena apa perlunya melawan waktu, kecuali kalau kita ingin merasa sakit dan lelah memaksakan sesuatu. Jadi biarkan saja kejutan-kejutan itu sekarang disembunyikan waktu, sampai nanti kita bisa membukanya satu demi satu.


#NulisRandom2015
#HariKetujuh

Drama

Menurut adikku, hubungan dua orang itu menarik.

Dia sering membaca tulisan-tulisanku tentangmu dan tersenyum karenanya. Padahal, tentu saja tidak semua tentang kita adalah soal senyuman. Kadang ini adalah soal aku yang harus mengumpulkan kesabaran dari seluruh penjuru. Atau kadang, ini adalah soal kamu yang harus menghadapi banyak keinginanku yang tidak masuk akal.

Kadang ini tentang perbedaan. Kadang tentang keluhan. Kadang ini tentang pertanyaan 'Mengapa kamu seperti itu?' yang kita ajukan.

Tapi tetap saja kita sering melewatkan waktu bersama. Aku akan menjadi orang yang kau ajak pergi, dan kau akan menjadi orang yang aku minta menemani. 

Apakah kesepian kita sedramatis itu?



#MenulisRandom2015
#HariKeenam

7 Jun 2015

Apa yang Kita Lakukan di Penghujung Minggu

Dan mereka bertanya apa yang kita lakukan di penghujung minggu. Tidak banyak kataku. Kau membangunkanku pagi-pagi, lalu kita bertemu untuk sarapan. Menjelang siang kita pergi ke penjahit, belanja, makan siang, memasak, duduk berdua di sofa menonton bulu tangkis dan pertandingan bola, lalu pergi mengunjungi seorang teman.

Apa lagi?

Oh, kau memarahiku karena aku tidak juga menghabiskan susu di gelasku. Dan aku harus berkali-kali mengingatkanmu agar mencuci tumpukan piring. 

Sungguh, bersamamu adalah tentang melewatkan hari seperti biasa. Sewajar pagi dan sewajar petang. Sewajar waktu. 

Sehangat perasaan. 


Gambar diambil dari sini


*terinspirasi salah satunya oleh ilustrasi-ilustrasi karya Puung tentang menemukan cinta dalam keseharian.




#MenulisRandom2015
#HariKelima

5 Jun 2015

Cinta yang Bijaksana

Mungkin jatuh cinta paling bijaksana adalah jatuh cinta dengan tangan terbuka. Jatuh cinta yang dilalui dengan mengharap tanpa memaksa. Kadang bahkan dilalui diam-diam dan membiarkan hidup menjadikannya rahasia. Sehingga bila nanti pertanda tak mampu lagi disembunyikan, jawaban tidak dinanti dalam ketakutan.

Mungkin cinta paling bijaksana adalah cinta yang membebaskan. Cinta yang diserahkan pada semesta. Sehingga hari-hari bersama adalah tentang tawa dan senyuman tanpa beban. Sehingga bila nanti memang ada yang harus pergi, perpisahan tidak dijalani dalam ketakutan.

Aku ingin menjadi bijaksana. Jatuh cinta dengan tangan terbuka. Dengan cinta yang membebaskan.

Aku ingin mencintaimu tanpa ketakutan.




#MenulisRandom2015
#HariKeempat

4 Jun 2015

Mengapa Kali Ini Aku Tidak Menangis

Mungkin selama ini kita memang terlalu sering menangis untuk hal-hal yang tidak perlu. Entahlah. Misalnya saja, kita sering menangisi masa lalu. Seperti menarik kembali agenda berdebu dari rak paling atas dan menggali kembali sesal untuk kisah yang tak bisa lagi kita tulis. 

Tapi apa yang kita anggap perlu ditangisi bisa jadi berbeda. Untukmu, mungkin itu adalah prestasi dan penghargaan. Untukku, mungkin itu adalah orang-orang terdekat. Hatimu selalu tahu memilih mana yang perlu, bahkan saat kau sendiri tidak tahu. Mungkin itulah kenapa kadang air mata keluar tanpa diperintah.

Jadi jika kau bertanya kenapa kali ini aku tidak menangis, mungkin karena aku tahu menangis tidak mengubah apa-apa, jadi hatiku tidak benar-benar memandangnya perlu. Jika ada hal yang tidak dapat kita ubah, menangislah jika kau ingin, tapi setelah itu, terimalah. Jika kau bisa menerima tanpa air mata, tidak ada perlunya bertanya kenapa.

Tapi bukankah menangis tidak selalu dengan air mata? Beberapa mengasingkan diri, beberapa merangkai kata, beberapa mencari pelukan. Seperti kemarin, saat kau bilang padaku kau ingin menangis tapi tidak bisa, mungkin kau tidak sadar kau sedang menangis dengan berbagi keluhan.

Jadi kalau nanti kau masih bertanya mengapa kali ini aku tidak menangis, mungkin aku akan memperkenalkanmu kepada bahasa air mataku.




#MenulisRandom2015
#HariKetiga

3 Jun 2015

Sejenak

mungkin kita perlu sejenak memberi ruang pada waktu
membiarkannya menerjemahkan setiap pertanda:
setiap pandang mata, setiap sentuhan kecil
dan setiap tawa saat berjumpa

karena mungkin semua tentang kita
adalah tentang menjadi terbiasa
sehingga kita lupa mengeja hari-hari
ketika setiap ingin menjelma rindu
dan setiap harap menjelma syahdu




Leicester, Juni 2015



#MenulisRandom2015
#HariKedua

1 Jun 2015

Mungkin Aku Hanya Ingin Jatuh Cinta Pelan-Pelan

"Jangan katakan kau sedang menunggu sesuatu yang magis..." 

"Magis?" tanyaku tak mengerti. Kami berdua sedang berbelanja di supermarket dan entah kenapa pembicaraan beralih ke soal jatuh cinta. Seingatku kami tadi sedang membicarakan artis baru yang mendadak tenar karena sensasi. 

Temanku melanjutkan, "Seperti di film-film. Jatuh cinta yang terasa seperti keajaiban. Mungkin cinta pada pandangan pertama. Atau sesuatu seperti... serendipity? Kau tahu, ketika semesta tiba-tiba membawa seseorang dari masa lalu datang kembali, padahal kalian sama sekali tidak saling mencari."

Aku mendengarkan sambil memilih-milih buah plum. "Hmm, tidak juga," sahutku.

"Lalu?" Di belakangku temanku sibuk dengan helai-helai daun bawang.

"Mungkin aku hanya bosan dengan skenario," kataku cepat. "Pria-pria yang sibuk mencari strategi untuk menarik perhatianku. Membombardir ponselku dengan pertanyaan-pertanyaan, ketika kami baru bertemu sekali dua kali, dan bahkan ketika kami belum banyak bicara saat bertatap muka. Memangnya tidak ada topik lain selain bertanya aku sedang apa, dimana, dan dengan siapa?"

Temanku tertawa. "Jadi jatuh cinta seperti apa yang kau inginkan?"

"Mungkin aku hanya ingin jatuh cinta pelan-pelan," kataku lambat-lambat sambil mulai memasukkan beberapa buah plum ke dalam plastik dan berpindah ke rak yang mewadahi tumpukan jamur. "Entahlah," kataku lagi ketika menangkap keheranan di mata temanku itu. "Mungkin jatuh cinta yang sederhana, yang hampir tidak terasa. "

"Aku masih tidak mengerti," sahut temanku sambil berjalan menuju lorong sebelah.

Aku berlari menyusulnya. Belanjaanku sepertinya sudah lengkap. Kali ini aku hanya mengikuti temanku mencari bahan-bahan kue cokelat yang akan kami buat. "Maksudku, mungkin selama ini kalian tinggal di daerah yang berdekatan, kalian melewatkan waktu di tempat yang sama, mungkin kalian pernah berpapasan, tapi tentu saja kalian tidak saling menyadari."

Aku melanjutkan penjelasanku. "Lalu kalian tiba-tiba dipertemukan oleh kehidupan. Pertemuan yang biasa, wajar, yang mungkin bahkan tidak meninggalkan kesan. Tapi, perkenalan itu seperti awal sebuah puzzle, hanya saja kau tidak sadar kau sedang menyusun sebuah puzzle. Setiap hari, dalam setiap pertemuan dan pembicaraan, kau menemukan kepingan-kepingan baru. Ketika puzzle itu semakin lama semakin tersusun, kau mulai merasa semuanya menarik, dia dan apa yang terjadi di antara kalian. Lalu yang kau tahu, melewatkan waktu bersama rasanya menyenangkan. Kau mulai merindukannya, dan, walaupun puzzle-nya belum lengkap, tiba-tiba kau sadar kau jatuh cinta. Itu saja."

Temanku memukulku pelan dengan botol susu. "Itu juga skenario, padahal kau bilang kau bosan dengan skenario..."

Aku hanya mengangkat alis. "Setidaknya itu bukan skenario bikinan cowok-cowok kurang kerjaan," seruku gemas. "Entahlah, orang kadang mendefinisikan jatuh cinta sebagai sebuah usaha. I don't know. Mungkin aku menunggu seseorang yang membuat semuanya seperti effortless."

"Contohnya?" tanya temanku penasaran.

"Misalnya, seseorang yang membuatmu nyaman bicara berdua saja tanpa kau sadar kau sudah melewatkan waktu bersamanya selama berjam-jam. Padahal tidak ada satupun di antara kalian yang membuat list topik dan semacamnya. Atau seperti ini, untuk kalian berdua setiap perjalanan terasa singkat karena kalian begitu menikmatinya, padahal mungkin kalian tidak memastikan semuanya persis seperti rencana."

Dari ekspresi temanku, sepertinya dia mulai mengerti. "Jadi kau ingin jatuh cinta dengan wajar dan apa adanya, yang terjadi begitu perlahan sampai tidak terasa, begitu? Yang sama sekali tidak magis? " tanyanya.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Iya, mungkin karena cinta itu sendiri sudah cukup magis," sahutku.

Sepertinya keranjang belanja temanku penuh bersamaan dengan selesainya obrolan tentang jatuh cinta ini. Kami bergerak menuju kasir dan entah bagaimana kami kembali membicarakan artis tenar penuh sensasi yang kabarnya baru saja menikah dengan pria kaya beranak dua.








*tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti #NulisRandom2015 yang digalakkan oleh penggagas Komunitas Nulisbuku. #NulisRandom2015 berarti kita harus menulis apa saja setiap hari selama bulan Juni 2015. Keterangan lebih lanjut bisa dibaca disini.