14 Dec 2012

Kupang : Jejak Alam dan Para Nelayan

Berada di Kupang untuk urusan pekerjaan, tidak memberi banyak kesempatan untuk mengeksplorasi kota ini. Tapi, bahkan sebelum saya sampai kesana, Kupang sudah seperti sesuatu yang akrab. Lalu ketika saya membuat langkah pertama di bandara El Tari, ingatan saya justru melayang ke Melbourne, Australia. Membayangkan sahabat saya, Wawan, sedang tidur siang di Victoria Park, bersantai di antara tuntutan pendidikan pasca sarjana.

Wawan adalah anak Kupang asli. Nama lengkapnya Wanry Wabang. Dulu, salah satu widya iswara di kelas diklat kami dengan semena-mena memanggilnya Yoseph. Entah kenapa. Lalu, entah dari mana, tiba-tiba muncul pula label Muhammad yang dilekatkan pada namanya. Sejak masa diklat itu, secara informal, namanya berubah menjadi Muhammad Yoseph Wanry Wabang. Seakan belum cukup  aniaya pada namanya, kami memanggilnya Wawan. Mereka yang hanya mendengar panggilannya, akan mengira dia orang Jawa. Nyatanya, Wawan memiliki perawakan khas pria Indonesia Timur: kulit gelap, rambut keriting, mata yang dalam dan suara yang merdu.


8 Dec 2012

This Saturday Afternoon

I'm in Dunkin Donut having croissant and hot hazelnut

The city gets misty while I'm writing a short story

I'm a loner. Suddenly feel like a writer



*waiting for Aulia Sisca finish her job. there's a man in the corner and his cute baby. the playlist is full with White Shoes and the Couple Company.




15 Oct 2012

Kuala Lumpur : The Stories Inside

Seharusnya aku menulis catatan ini sejak berminggu-minggu yang lalu. Tapi rupanya beberapa perjalanan setelah itu lebih menyita waktu. Dan ketika aku memulai catatan ini, aku sedang di pesawat, pada sebuah perjalanan yang lain. Seperti biasa, aku duduk di dekat jendela. Matahari bersinar terang di luar. Kami sedang melewati sebuah pulau. Entah pulau apa.

Perjalanan yang ingin kubagikan adalah tentang Kuala Lumpur. Tapi sebelumnya, please understand that I came to this city for business. Jadi, tolong maafkan karena aku tidak bisa memberikan review yang turistik, seperti perburuan tiket, budget hotel, agenda perjalanan dan hal-hal seperti itu. Cerita perjalanan ini hanya sedikit pengamatan tentang apa yang kutemui disana, dan peristiwa apa yang kemudian menyusun sebuah bab baru pada kisah-kisah perjalananku.

19 Sept 2012

Perjalanan Berjalan Kaki

Membaca buku tentang perjalanan selalu membuatku ingin pergi ke suatu tempat. Menikmati menjadi asing. Menikmati menjadi penasaran. Dan menikmati menjadi bahagia karena saat pulang aku tahu aku sudah jadi manusia yang, kurang lebih, berbeda.

Dan beberapa hari kemarin, karena buku perjalanan itu, aku melewatkan halte busway dimana aku seharusnya turun. Jarak dari halte berikutnya ke kantor memang tidak bisa dibilang dekat. Tapi pagi itu, matahari bersinar hangat. Jakarta masih menunjukkan sisi ramah. Waktu juga masih menyediakan ruang untuk aku sekedar menikmati jalanan.

Jadi akhirnya kuputuskan berjalan kaki ke kantor.

4 Sept 2012

Mimpi Menjelang Pagi

apa yang kulakukan akhir-akhir ini?

bekerja.bekerja.bekerja.membaca.membaca.membaca.menulis.menulis.menulis.
belajar.belajar.belajar

seharusnya aku terlalu lelah untuk bermimpi,
tapi kenapa kau datang lagi saat hari menjelang pagi?


30 Aug 2012

Sangria Wine

Ketika aku membuka pintu kamar, kau dan istrimu berdiri berdampingan dengan raut menenangkan. Tidak ku tangkap sedikitpun keheranan di wajahmu meskipun aku berdiri dengan mata sembab dan hidung merah. Kalian masuk bahkan tanpa kupersilakan.

Masih belum ada ucapan apapun?" tanyamu.

Aku menggeleng lesu.

Sekilas aku melihatmu ekspresimu. Kukira aku akan mendengar lagi segala nasehatmu soal lebih baik aku tidak lagi memikirkan dia. Tapi tidak, kau tidak mengatakan apapun. Kau justru mengaduk-aduk ranselmu dan mengeluarkan sesuatu. Sebotol minuman.

Tentang Perahu Kertas

Banyak orang bilang Perahu Kertas mengecewakan mereka karena tidak seberat Supernova. Bagi mereka Perahu Kertas biasa saja bila dibandingkan dengan Supernova. Mungkin karena Perahu Kertas tidak rumit. Mungkin karena Perahu Kertas tidak aneh. Mungkin karena Perahu Kertas tidak menyengat seperti listrik di tubuh Elektra atau mengagetkan seperti sosok Bodhi yang penuh dengan tato.

Mungkin...

Tapi untukku, Perahu Kertas tetaplah perahu yang layak untuk diikuti kemana ia berlayar. Dia memang bukan Titanic yang dengan gagah berlayar di Pasifik. Perahu Kertas mungkin hanya perahu biasa yang berlayar di sungai kecil tak bernama, membawa kita ke tempat yang mungkin bahkan tidak ada di dalam peta. Dermaganya bukanlah dermaga yang membuat kita terpesona, tapi dermaga yang membuat kita merasa seakan kita pernah kesana sebelumnya. Nama dermaga itu Deja Vu.

Dreamy Path

Dua hari yang lalu, aku bangun pagi dan merasa sangat lelah. Jadi aku memutuskan tidak masuk. Bolos? Entahlah. Yang jelas aku mengirimkan pesan kepada atasan, "Sepertinya saya masuk angin, pak." dan bosku yang iseng itu malah menyuruhku bersiul. And my face was like this (-.-")  

Akhirnya aku tidur sampai siang lalu memutuskan pergi ke Blom M. Di Plaza Blok M ada spa-house yang baru dibuka. Sedikit pijatan mungkin akan membuat aku lebih rileks. Pijatannya tidak seenak mbok-mbok yang biasa ku panggil ke rumah. Tapi lumayan. Punggungku sudah tidak  terasa seperti lempengan besi. Setelah itu creambath, tidak senyaman yang diharapkan tapi pijatan di punggung selalu menyenangkan. Aku seperti di-recharge kembali.

29 Aug 2012

Terapi Kata

Ada yang benar-benar telah pergi.

Dan aku menemukan diriku bersembunyi di kedai kopi. Secangkir hazelnut. Secangkir cokelat. Tapi tak pernah kopi. Ada cinnamon roll yang baunya mengingatkanku pada toko roti kecil di kota paling indah yang pernah kukunjungi.

Aku mulai mengetikkan kisah-kisah. Semua yang adalah  terjemahan dari perasaan. Perasaan yang beterbangan seperti kupu-kupu, jauh di kedalaman hati. Perasaan yang membawa nyeri.

2 Jul 2012

Tentang Dua Orang

Aku membaca puisi tentang dua orang yang sengaja menunggu,
meski ada kisah yang beberapa saat telah berlalu.

Aku membaca puisi tentang dua orang yang mengambil jarak,
meski rindu di hati mereka tidak berhenti berdetak.


28 Jun 2012

Andaikan Waktu

Kenapa saat pekerjaan begitu banyak, maka kata-kata juga menumpuk di otak, mendesak minta disusun dalam baris-baris kalimat. Lalu rupanya musim hujan memang sudah berlalu, juga sore-sore meringkuk di kasur dengan secangkir susu cokelat yang mengepul.

Tiba-tiba aku ingat sesuatu. Apa yang aku ingin kerjakan, seandaianya punya lebih banyak waktu.

Belajar piano.













Rindu Perjalanan

Aku merindukan perjalanan. Sangat. Juga perasaan menjadi asing sekaligus betah. Dan diantara semuanya, ini yang paling kurindukan...

Aroma, nuansa dan warna musim gugur. Juga derai hujannya yang lembut...


Kamera, Potret, Cahaya dan Kenangan

Sebuah kamera. Rusak. Terselip di antara buku-buku tua. Sepertinya sia-sia kalau direparasi. Pemborosan. Sejak awal aku memang meragukan kualitasnya. Ah, andai waktu itu aku tidak terjebak pada harga miring dan promosi penjualnya yang bicara sampai berbusa-busa...

Tapi aku selalu ingin punya kamera.

18 May 2012

Waktu berlalu, dan apa yang ku ingat tentangmu?

Baik, mari kita hitung mulai dari satu, lalu kita lihat seberapa banyak ingatan, sesuatu yang kita beri nama: kenangan.

...

Aku mengingat pertemuan kita. Kau berbaju kelabu. Senyummu kaku.

Aku mengingat langkahmu. Berat dan cepat. Dengar, sepatumu seperti beradu dengan batu. Tinggal aku dan langkah-langkah kecilku yang terengah menyusulmu.


19 Mar 2012

Cinta Sie Teng San


- Pertama -

Setelah lelakon, tertinggal tanya, "Apakah Sie Teng San benar mencintai Hwan Li Hoa?" 

Kata temanku, "Iya, dia mencintainya. Itulah kenapa dia marah saat Li Hoa tidak terbuka. Itulah kenapa dia marah saat Li Hoa menyimpan sendiri ceritanya."


Malam Di Jakarta

Adalah malam yang meramu Jakarta dengan romansa. Saat semua gedung benderang sudah menyembunyikan kerlipnya dan yang tertinggal hanya temaram lampu jalan. Ada derai tawa milik sepasang cinta muda yang pulang kemalaman. 

Adalah malam yang melukis Jakarta dengan kelembutan. Saat keringat-keringat telah diletakkan dan dibalik bedeng-bedeng tepian rel kereta dibagi banyak cerita. Ada mimpi tentang esok yang kurang lebih sama, esok yang dihabiskan bersama.

Adalah malam yang menghias Jakarta dengan sederhana. Saat waktu berlalu dengan sewajarnya.



*Setelah bertahun-tahun, Jakarta tetap indah hanya saat senja, malam dan hujan.

15 Mar 2012

Sedikit Tentang Hidup

Normandie, awal 2011,
gereja di puncak bukit, diantara luas laut dan langit


Saat manis, anggaplah hidup seperti lolipop natal berwarna merah putih hijau yang mengingatkanmu pada masa kecil dengan setumpuk kenangan penuh tawa.

Hari-Hari Tanpamu

Aku bahkan lupa sudah berapa lama kita tidak bersama. Atau, baiklah, sejak awal kita tidak pernah bersama. Hanya sedikit cerita tentang masa yang pernah kita lukis dengan satu dan dua warna. Itu saja.

Lalu kau pergi karena kau ingin melukis dengan warnamu sendiri.

Lalu hari-hari tanpamu adalah saat aku mulai belajar mendengar kembali nyanyian angin. Hari-hari tanpamu adalah saat aku belajar membaca senyum matahari. Hari-hari tanpamu adalah saat aku merajut kesendirian yang bersahaja. Saat bahagia bukan tentang apa yang kau dapat, tapi tentang menari di saat hujan turun dan tertawa melihat tak seorangpun tahu kau sedang menangis.

12 Mar 2012

Musim di De Slegte

Den Haag yang sunyi. Di awal tahun, kala musim semi mulai berani menari. Ranting-ranting cherry blossoms sedikit tersenyum, piasnya merah muda pucat. Lelumutan hijau perlahan memeluk batang-batang pohon yang menggeliat malas. Gerimis masih sering berkunjung.

Di sudut Den Haag Centrum tak pernah terlalu riuh. Sambil meniup ruap kentang goreng panas berhias mayonaise, langkah-langkah bergegas sebelum hari gelap.  Juga orang-orang di De Slegte. 

De Slegte berlantai dua, tapi tidak luas. Aku suka harum kertas dan irama takdir yang mungkin bersembunyi pada setiap rak. Ada sejarah yang tercecer di lemari-lemari kaca. Potongan kartu pos dan surat-surat tua, hurufnya meliuk-liuk, tajam dan misterius.

Kembang Api

Hai, sahabat, pernah mendengar kalimat ini?
 Most of us don't need a psychiatric therapist as much as a friend to be silly with - Robert Brault
Jelas. Aku tidak butuh terapis. Tidak pernah dan tidak akan pernah. Bukan cuma karena aku mencintai hidup apa adanya dia. Meskipun kadang waktu terasa sesak seperti antrian bus trans Jakarta di pagi dan sore hari. Hingga ketika malam, ada keluh yang tetap tak sempat tersampaikan. Tapi hidup terlalu berwarna untuk membuat kita gila. Lagipula hidup tak pernah benar-benar sunyi.