22 Mar 2016

Sayap pada Kakimu. Sayap Pada Punggungku.

Bagaimana aku bisa mengatakan keberatanku pada kepergianmu beberapa bulan lagi? Karena bahkan dimanapun kau berada di negeri ini, ratusan mil dari kota kita saat ini, pada akhirnya aku yang akan membentangkan jarak ribuan mil.

Menjadi kecewa berarti menjadi tidak adil.

Apa bedanya jarak ratusan mil dan ribuan mil? Karena rindu akan sama biru, karena waktu tetap tak mau menunggu. Karena kita, tetap akan merasakan hari-hari pelan berarak, seakan tak bergerak.

Tapi aku tidak akan pernah mengambil sayap pada kakimu, seperti aku tidak ingin kau menahan sayap pada punggungku. Walaupun kau harus pergi ke timur dan aku memilih pergi ke barat. Walaupun timur dan barat seperti dua kutub tanpa pertemuan.

Tapi bukankah jika kau berjalan ke timur dan aku berjalan ke barat, terus seperti itu, justru jarak akan menyusut? Semesta sudah merancang bumi begitu rupa, sehingga perjalanan yang seperti menjauhkan justru menyatukan.

Jadi apa yang kita takutkan? Jarak? Waktu? Sepi? Rindu?

Menanggung beban sayap yang tidak mengepak pasti lebih berat dari semua itu. Beban itu tumbuh tak terlihat di sayap pada kakimu dan sayap pada punggungku ketika terbang tidak menjadi pilihan.

Beban tak tertahan yang bernama penyesalan.

Aku tidak ingin pada akhirnya kita menyesal karena tidak terbang meraih kesempatan.




No comments:

Post a Comment