25 Mar 2016

Menuju Pertemuan

Gadis itu menyukai waktu-waktu menuju sebuah pertemuan yang ia rindukan. Beberapa hari, beberapa jam, beberapa menit, bahkan beberapa detik sebelumnya. Ia menyukai saat-saat ia melihat jam tangannya dan melihat jarum jam yang sebenarnya berjalan stagnan. Selama ini ia selalu belajar bersahabat dengan waktu, dan saat-saat seperti ini adalah saat-saat ia menggenggamnya lebih erat. 

Pada akhirnya Gadis itu memang memutuskan seirama dengan waktu. Ia memutuskan berjalan bersamanya tanpa harus merasa waktu berjalan terlalu cepat atau terlalu lambat. Ia tahu kadang waktu begitu misterius, tapi ia juga tahu waktu begitu baik. Kadang waktu akan menyembunyikan sebuah hadiah yang tidak ia duga, yang diberikan pada saat yang juga tidak ia duga, membuatnya begitu bahagia. 

Pertemuan nanti salah satunya.

Selama ini Gadis itu hanya berharap pada pertemuan sesaat. Sesaat yang cukup untuk memberi jawaban pada rindu. Tapi waktu berpikiran lain. Ia memberi gadis itu kesempatan. Kesempatan yang panjang untuk berdua bersama yang dia rindukan, merasakan kembali hari yang berjalan pelan, hanya untuk duduk dan bercerita tentang apa saja.

Ia tahu selama ini ia mengambil keputusan yang tepat: tidak membebani waktu dengan tuntutan, tapi justru membiarkan waktu menjalankan apa yang ia rencanakan. Gadis itu pada akhirnya mengenal waktu. Waktu sangat keras kepala. Tidak ada keluhan atau pujian yang bisa membuat waktu mau mengubah kecepatan langkahnya. 

Tapi Semesta memberitahunya sebuah rahasia: bahwa waktu hanya bisa dirangkul dengan penerimaan. Dan menerima, itulah yang selama ini Gadis itu lakukan.



No comments:

Post a Comment