Dan mereka kembali, ke Edensor, desa di pelosok Derbyshire, tempat Andre Hirata menemukan betapa skenario kehidupan itu memang misterius. Kali ini mereka tidak hanya merayakan mimpi, tapi merayakan persahabatan. Ketika tikar digelar di rerumputan, makanan dikeluarkan, dan kisah-kisah diceritakan, mereka mengingat kembali bagaimana semua ini bermula. Mereka mengingat ketika semua masih berupa rencana, sampai kemudian hidup membawa mereka ke negeri para penyihir dengan mimpi mereka masing-masing.
Tapi di Edensor, jauh di dalam hati, gadis itu merayakan mimpi-mimpi yang hilang, mimpi-mimpi yang terlepas dari genggaman, mimpi-mimpi yang tidak terjangkau. Gadis itu ingat bagaimana ia belajar merapikan pecahan-pecahan hatinya dan memutuskan pergi. Gadis itu ingat bagaimana dia dulu sebenarnya ingin pergi ke kota tempat cinta dirayakan. Kota dengan aroma kopi dan roti. Kota dengan penjual bunga mawar di depan toko-toko barang antik.
Tapi hidup membawanya terbang ke negeri para penyihir. Disana ia menemukan mimpi yang berbeda. Mimpi yang dengannya ia harus berdamai. Ia mulai belajar memahami pertanda langit. Ketika kelabu dan biru begitu cepat berganti dan orang-orang bicara dengan aksen yang memaksanya mendengar dengan ekstra konsentrasi.
Tapi di Edensor, jauh di dalam hati, gadis itu merayakan mimpi-mimpi yang hilang, mimpi-mimpi yang terlepas dari genggaman, mimpi-mimpi yang tidak terjangkau. Gadis itu ingat bagaimana ia belajar merapikan pecahan-pecahan hatinya dan memutuskan pergi. Gadis itu ingat bagaimana dia dulu sebenarnya ingin pergi ke kota tempat cinta dirayakan. Kota dengan aroma kopi dan roti. Kota dengan penjual bunga mawar di depan toko-toko barang antik.
Tapi hidup membawanya terbang ke negeri para penyihir. Disana ia menemukan mimpi yang berbeda. Mimpi yang dengannya ia harus berdamai. Ia mulai belajar memahami pertanda langit. Ketika kelabu dan biru begitu cepat berganti dan orang-orang bicara dengan aksen yang memaksanya mendengar dengan ekstra konsentrasi.
Ah, tapi gadis itu tahu, hidup tidak pernah salah. Seperti Andrea yang tidak menemukan dosen pembimbingnya di Sheffield, lalu naik bis tanpa rencana dan terdampar di Edensor, desa yang bertahun-tahun ada di mimpinya. Andrea tidak pernah tahu akhir ceritanya, sepertinya ia hanya menikmati perjalanannya.
Ada saat-saat gadis itu takut membuat rencana. Tapi di Edensor, gadis itu sekali lagi memutuskan untuk menikmati apa yang kini ada di depan mata dan menyerahkan akhir ceritanya pada kebijaksanaan kehidupan.
#MenulisRandom2015
#HariKeempatbelas
#MenulisRandom2015
#HariKeempatbelas
No comments:
Post a Comment