28 Aug 2016

Jogja Versi Kita

Sejak akhir tahun lalu, aku tidak akan bisa mengingat Jogja tanpa aku juga mengingatmu. Kamu, dan perjalanan kita.

Akhir-akhir ini Jogja kembali diingat karena, setelah 14 tahun, Rangga dan Cinta bertemu disana. Pasangan itu sepertinya sudah berubah legendaris seperti Galih dan Ratna atau Jesse dan Celine. Mereka jatuh cinta saat SMA, bersama puisi-puisi dan lagu-lagu masa muda, sampai ketakutan Rangga memisahkan mereka. Lalu, dalam semalam, perjalanan mereka di Jogja mengembalikan kembali segala perasaan. Atau, memang karena sebenarnya perasaan itu tidak pernah hilang, tak peduli jarak New York - Jakarta, tak peduli jarak musim antara perpisahan dan pertemuan.

Mengikuti Rangga dan Cinta, orang-orang kembali ke Jogja. Mereka pergi ke Keraton Ratu Boko, minum kopi di Klinik Kopi, makan di warung Sate Klathak Pak Bari, dan melihat matahari terbit di Puthuk Setumbu. 

Tapi kita punya Jogja versi kita sendiri.

17 Aug 2016

Rasa Syukur Ini Karena Bersamamu

Kalau aku merindukanmu nanti, aku akan mengingat sore saat kita duduk di atas karang, memandang ke lautan. Langit kelabu, tapi hujan sudah berhenti, bahkan gerimis pun sudah tak lagi turun. Pantai Tanjung Tinggi terlihat tenang dan teduh. Batu-batu granit di sekeliling kita nampak begitu pendiam. Kita hanya mendengar deru ombak dan pekik camar yang sesekali.

Ini sore terakhir kita di pulau ini. Dan kita sudah melihat banyak, termasuk melihat bagaimana pulau ini terluka karena anak-anak mudanya kehilangan mimpi. 

Sore itu aku menyadari satu hal: betapa kita sudah begitu saling terbiasa. Kesunyianmu tak lagi meresahkanku, dan langkahku yang kadang tak terencana menjadi wajar bagimu.

Sunguh, bagi kita, bersama saja sudah cukup.

Cukup.