19 Jan 2016

Seperti Apa

Sepertinya apa rasanya membaca larik-larik puisi dan teringat padanya, sementara puisi-puisi yang membuatmu ingat itu adalah baris-baris kata tentang patah hati dan hal-hal yang telah pergi?

Seperti apa rasanya ketika otakmu mengatakan kau tak perlu lagi menulis tentang dia sementara hatimu begitu terbiasa mewujudkan dia dan hanya dia dalam aksara?

Seperti apa rasanya terkurung dalam satu kenangan yang terpatri begitu dalam, sementara firasatmu mengatakan bahwa kenangan itu tak lebih dari sekedar kebohongan yang entah bagaimana tak mudah kau lupakan?

Seperti apa rasanya menghadapi banyak pertanyaan tentang harapan-harapan yang selama ini begitu mudah kau ceritakan, sementara kau sibuk menyusun pembelaan tentang apa yang seharusnya kau sembunyikan?

Seperti apa rasanya berjalan di sudut-sudut kota, seakan semua baik-baik saja, namun dalam imaji terbayang mungkin di jam ini dia juga berada di tempat ini, namun bukan kamu yang berada di sisi?

Seperti apa rasanya menyadarkan hatimu yang masih saja berkeras masa depan sungguh tak pasti dan segala sesuatu bisa saja terjadi, sementara kau tahu pilihanmu cuma berjalan maju atau sia-sia merindu?






*mengenang masa bertahun-tahun lalu ketika hari-hari terasa panjang dan kesedihan seakan sudah jadi teman. merayakan hari ini ketika semua pertanyaan tentang rasa sudah tak lagi penting.


No comments:

Post a Comment