8 Dec 2014

A Walk to Remember

Bahkan Matjaz dan teman-temannya belum pernah mendengar ada kota bernama Laufenburg di Swiss. Mereka menyarankan kami pergi ke Colmar atau Strasbourg di wilayah Perancis. Kedua kota itu memang cukup dekat dengan Basel, kota di perbatasan tiga negara: Swiss, Jerman dan Perancis. Bahkan Euro Airport Basel-pun memiliki jalur keluar ke tiga negara tersebut. 

Tapi kami cuma punya waktu sehari untuk jalan-jalan, padahal mencapai Colmar dan Strasbourg butuh waktu lumayan. Kalau dipikir-pikir, menghabiskan waktu di perjalanan sungguh bukan ide yang bagus. Lebih masuk akal rasanya untuk mengunjungi Laufenburg yang hanya berjarak 30 menit perjalanan dari Basel dengan kereta, walaupun kota ini kami pilih secara sporadis hanya berdasarkan info dari internet.

Matjaz akhirnya menyarankan agar kami mampir ke Bad Sackingen dalam perjalanan kami ke Laufenburg. Sayangnya kota itu ada di wilayah Jerman. Beda dengan Swiss dan Perancis yang tidak membutuhkan visa untuk pemegang paspor biru, masuk ke Jerman harus punya visa Schengen. 

"But it's nobody there who will check your visa," kata Matjaz. 

Kami tetap saja tidak yakin. Kalau kami benar-benar masuk ke wilayah Jerman dan tertangkap, sepertinya dendanya akan lumayan.

Akhirnya saya dan Adhib berangkat ke Laufenburg. Karena kami punya cukup banyak waktu, kami memutuskan untuk mampir ke Rheinefelden. Sama halnya dengan Laufenburg, Rheinefelden terbagi menjadi dua, Rheinefelden milik Jerman dan Rheinefelden milik Swiss. Kedua daerah itu dibagi oleh Sungai Rhine dan dihubungkan oleh sebuah brucke - jembatan.




Kami seketika jatuh cinta dengan dengan kawasan kota tua Rheinefelden. Rasanya seperti berada di desa di buku-buku dongeng yang dulu sering saya baca. Jalanan dari batu, jendela warna-warni, dan bangunan yang tinggi. Toko-toko dan restoran nampak sangat menarik, kami bahkan mencium bau seperti mashed potato dan sosis panggang entah dari sudut mana. Tapi tentu saja, kami kesana tidak untuk berbelanja atau makan-makan. Kami berjalan berkeliling, menjelajah ke setiap sudut dan lorong, hingga kami tiba ke jembatan yang menghubungkan kawasan milik Swiss dan milik Jerman.

Ide menyeberang ke kawasan Jerman nampaknya tidak terlalu buruk. Tapi melihat bendera Jerman dan banyak penanda batas, kami tidak berani mengambil resiko.

perbatasan Swiss - Jerman di Rheinfelden

Akhirnya kami memilih melanjutkan perjalanan ke Laufenburg.

Laufenburg tidak secantik Rheinefelden. Sepertinya kota ini hanyalah tipikal kota kecil di perbatasan Jerman dan Swiss. Di Laufenburg gerimis turun dan hari sudah hampir gelap. Kami menemukan kota tua di dalam benteng, seperti di Rheinefelden. Hari itu Sabtu. Toko-toko mayoritas tutup karena mereka hanya buka setengah hari. Menyusuri daerah itu, akhirnya kami juga sampai di jembatan yang menghubungkan Laufenburg milik Swiss dan Laufenburg milik Jerman.

Bedanya, border Swiss - Jerman di Laufenburg tidak segarang di Rheinefelden.

Kami tidak melihat bendera Jerman yang berkibar menyeramkan. Cuma ada tugu batu kecil yang menjadi penanda perbatasan. Bahkan apa yang kami kira pos penjaga perbatasan nampak tutup.

Saya dan Adhib saling bertukar pandang.

Sepertinya ide berdiri di dua tempat di waktu yang bersamaan memang sangat keren. Seperti Jamie di film A Walk to Remember. Dia menderita kanker dan salah satu keinginannya sebelum mati adalah berdiri di dua tempat yang berbeda. Di film itu, Landon, pria yang mencintainya, membantunya mendapatkan keinginan itu dengan membawa Jamie ke perbatasan Texas dan Virginia.

Saya tahu tidak seharusnya saya masuk ke wilayah Jerman tanpa visa. Tapi Matjaz benar, "There's nobody there who will check your visa!" Sore itu Rheinefelden sunyi, suram dan dingin. Hanya ada satu dua orang yang terlihat.

Saya dan Adhib mengambil keputusan seketika, berjalan cepat menuju wilayah Jerman. Mengambil foto di papan petunjuk arah (hanya supaya ada bukti kami sudah di Jerman), berjalan-jalan sebentar lalu kembali masuk ke wilayah Swiss. Hanya sebentar. Tidak sampai 30 menit. Tapi setelah itu kami tidak berhenti tertawa dan merasa bangga pada diri kami sendiri.


Setelah sebelumnya di Rheinefelden Adhib mengunggah foto border Swiss - Jerman di akun Path dengan caption "To cross or not to cross???", di Laufenberg kembali dia menulis status. Kali ini dia menuliskan, "We finally crossed the border!" 

Crossing the border is never that fun! :D



Sebelum pulang saya mengirim kartu pos untuk diri saya sendiri. Di kartu pos itu saya menuliskan kutipan ini,
Jamie : You're acting like a crazy person, what's going on?  
Landon : Right now, you're straddling the state line. 
Jamie    : OK... 
Landon : You're in two places at once.
I did it!
Laufenburg bagian Swiss, foto diambil dari wilayah Jerman