24 Oct 2014

Diwali : A Night of Light... and Dance!

Apa yang ada di pikiranmu ketika mendengar tentang 'perayaan orang India'?

Kalau saya, saya akan membayangkan kerumunan orang dan tari-tarian. Seperti yang sering saya lihat di film-film India yang dulu sering diputar di televisi nasional kita. Dan ternyata, apa yang saya temui di Diwali - perayaan tahun baru India - memang seperti itu.

***

Memasuki Belgrave Road, sayup-sayup saya mendengar musik khas India. Belgrave Road dan sekitarnya adalah kawasan komunitas India di Leicester, Inggris. Mungkin seperti Little India di Singapura. Sebulan tinggal di Leicester, saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di area ini. Padahal, Belgrave Road berada tidak terlalu jauh dari City Centre. Hanya sepelemparan batu.

Malam ini kami datang ke Belgrave Road untuk melihat perayaan Diwali, tahun baru orang India. Saya ingin mengatakan tahun baru Hindu, tapi setahu saya umat Hindu di Bali tidak merayakan Diwali. Bisa saja karena Hindu Bali tidak sama dengan Hindu India. Atau mungkin ini semata saya yang kurang informasi. Dunia yang luas ini memang penuh dengan hal-hal yang belum saya mengerti.


Konon, Diwali di kota Leicester adalah yang terbesar di Eropa. Tahun lalu, perayaan Diwali di Leicester didatangi oleh 35.000 orang. Tahun ini, entahlah... Sepertinya Leicester City Council belum mengeluarkan data. Tapi memang, Diwali ini adalah perayaan yang riuh.


Kalau dibilang perayaan, meskipun riuh, bagi saya Diwali ini mungkin terlalu sederhana. Festival of light yang diiklankan adalah lampu-lampu hiasan di sepanjang Belgrave Road. Acara utamanya adalah kembang api selama 20 menit. Bahkan acara resminya pun dilakukan entah dimana, lalu ditayangkan lewat layar besar di Belgrave Road. Di depan layar itu, musik India disetel keras-keras dan mereka menari, pria wanita anak-anak. Kedua tangan di atas kepala, kaki menghentak, kepala bergoyang, persis seperti yang saya lihat di film-film.

Ternyata orang India memang suka menari :D

Pukul 9 malam, orang-orang mulai bergerak ke sisi lain Belgrave Road. Kami, saya dan teman saya, hanya mengikuti mereka dan ternyata arak-arakan itu sampai ke sebuah tanah lapang. Disanalah pesta kembang api dilakukan.

Lagi-lagi, sederhana.

Ini bukan kembang api spektakuler seperti pergantian tahun Masehi di kota-kota besar dunia. Hanya 20 menit, di tanah lapang yang seadanya. Bahkan pemandangan kami terhalang pohon-pohon. Tapi tiap kali kembang api itu meluncur dan meledak di udara, penonton bersorak. Riuh. Semua berseru dan bertepuk tangan. Sayang sekali baterai handphone saya habis dan saya tidak mengambil foto apapun disana. Tapi teman saya, Luvdhy, bersemangat sekali menonton kembang api dan dia dilema antara ingin merekam atau menikmatinya saja.

Setelah acara kembang api selesai, Diwali pun selesai. Lautan manusia itu bergerak kembali ke rumahnya masing-masing. Belgrave Road kembali lengang untuk sementara.

***

Dalam perjalanan pulang saya berpikir, Diwali seperti ini belum ada apa-apanya dibanding acara-acara di Jakarta. Kembang api yang saya lihat di Mal Central Park pun jauh lebih bagus. Tapi lihatlah antusiasme orang-orang India itu. Mungkin mereka memang datang tidak untuk melihat kembang api, mungkin mereka datang karena ingin merasakan India, menjadi India.

Ada yang bilang identitas kita akan menguat ketika ada tantangan. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa Indonesia di luar negeri bersemangat memakai batik ketika Hari Batik Nasional. Bisa jadi ketika di tanah air justru sama sekali tidak peduli. Mungkin orang-orang India itu ingin merayakan ke-India-an mereka, dan Diwali adalah momentumnya.

Happy Diwali, fellow Indian. Selamat merayakan identitas!^^