1 Apr 2016

A Sort of April

Gadis itu menyukai April yang seakan berjalan begitu pelan. Sama seperti ia menyukai perkenalan yang perlahan-lahan.

Itulah kenapa ketika bulan April datang, gadis itu akan mengingat perjalanan awal musim semi bersama pemuda itu. Tidak hanya tentang waktu-waktu menyenangkan yang mereka habiskan di tepian Thames atau di pelataran Buckingham, tapi juga tentang bagaimana waktu membuka sketsa-sketsa dalam pikiran mereka tentang satu sama lain.

Ternyata pemuda itu sangat keras kepala. Ternyata gadis itu sangat kekanakan. Ternyata mereka sama-sama tidak suka mengalah.

Gadis itu masih ingat saat dia mendiamkan pemuda itu berjam-jam, hanya karena, pada suatu pagi, pemuda itu memutuskan berkeliling lebih dulu tanpa menunggunya. Gadis itu merasa tidak dipedulikan. Ia juga masih ingat saat dia memutuskan untuk tinggal lebih lama di kota yang mereka kunjungi, sementara pemuda itu terus membujuknya pulang. Dia menolak dan membiarkan pemuda itu pulang tanpanya. Ia tahu pemuda itu merasa tidak dianggap.

Sering sekali gadis itu merasa si pemuda tidak peka, sementara pemuda itu merasa si gadis berlebihan. 

Tapi mereka sama-sama mudah memaafkan dan melupakan. Sama seperti ketika matahari bulan April yang tiba-tiba muncul bahkan ketika hujan musim semi belum sepenuhnya selesai, mengakhiri hari dengan warna-warna pelangi.

Pada akhirnya pemuda itu belajar mendengar, dan gadis itu belajar memberi ruang.

Gadis itu menyukai April yang begitu lembut dan hangat. Di awal, April akan menyapa lewat rumpun-rumpun daffodil dan tunas-tunas hijau pada ranting. Lalu ketika mereka berlalu, cherry blossoms akan mekar, sebentar lalu lenyap. Tapi bunga-bunga ungu akan terlihat di antara rerumputan di taman, sampai akhirnya kelopak-kelopak daisy muncul seperti titik-titik salju di rerumputan.

Ia menyukai April ketika perubahan demi perubahan berjalan begitu wajar, bahkan tak terasa. 

Mungkin perjalanan mereka juga seperti itu. Sampai pada suatu ketika, berbulan-bulan setelahnya, gadis itu bertanya bagaimana pemuda itu bisa tahu emosinya hanya dari beberapa baris pesan singkat. Si pemuda menatap mata gadis itu dan berkata, "Aku mengenalmu. Kau tahu itu." 




No comments:

Post a Comment