27 Jun 2013

10 Things I Hope from GagasMedia #unforgotTEN

Post ini diikutkan dalam kompetisi menulis 10 harapan untuk Gagas Media. Info lebih lanjut disini


Dear Gagas,

Margaret Atwood pernah bilang, menerbitkan buku itu seperti memasukkan catatan ke dalam botol dan melepaskannya ke laut. Beberapa tenggelam, beberapa sampai ke daratan. Setelah itu, ketika catatannya telah dibaca, beberapa diapresiasi, beberapa disalahmengerti, atau bahkan sangat dipahami  tapi oleh mereka yang membenci pesannya. Penerbit tidak pernah benar-benar tahu siapa yang akan membaca bukunya.

Aku tidak terlalu tahu seluk beluk dunia penerbitan buku, tapi sebagai penulis kawakan, Mrs. Atwood pasti paham. Jadi kalau dunia penerbitan penuh ketidakpastian - seperti Mrs. Atwood bilang - 10 tahun usiamu sekarang adalah pencapaian. Tidak banyak yang mau terjun dalam bisnis literatur (menjadi penulis, editor, penerjemah, penerbit...), tapi kamu melakukannya, kamu masuk ke dalam this Jurassic age* lalu berjuang dan bertahan.

Dalam sepuluh tahun usiamu, dear Gagas, kita belum lama berkenalan. Maaf, mungkin baru 1 tahun terakhir ini. Selama ini aku mengkotakkan diriku sendiri sebagai pembaca sastra. Aku membaca karya-karya dengan tata bahasa yang baik, ditulis dengan latar waktu, tempat dan suasana deskriptif, dan kalaupun temanya romansa - tidak disampaikan dengan klise tanpa nilai tambah. Well, you were definitely not my cup of tea. Di kemudian hari, aku membaca kalau salah satu editormu, Windy Ariestanti, ketika diinterview olehmu, juga mengatakan buku yang kamu terbitkan jelek-jelek >.<

Tapi Gagas, aku masih ingat sore itu, ketika aku mengasingkan diri ke toko buku, oase menenteramkan di tengah hari-hari yang melelahkan. Seperti biasa, aku  mengamati rak sastra, namun hampir semua buku disitu sudah kubaca. Mulai berjalan ke rak novel, aku baru sadar buku-buku terbitanmu begitu mendominasi. Sebelumnya aku tidak pernah sadar, melirikmu bahkan tidak pernah. Aku mengambil satu buku, membaca beberapa halaman awal, lalu kuletakkan kembali. Still not my cup of tea. Sampai aku melihat sebuah buku bersampul cokelat, bergambar sebuah jendela dengan botol wine di selasarnya. Resensinya di sampul belakang terasa sendu. Membaca beberapa bab pertama, aku jatuh cinta. Unforgettable - Tentang Cinta yang Menunggu menjadi buku Gagas pertamaku.

Setelah mengenalmu lebih dalam lagi, akhirnya aku menemukan beberapa penulismu yang masuk dalam my cup of tea : Windy Ariestanty, Winna Effendi dan Windry Ramadhina. Ketiganya memiliki gaya bahasa dan cara bercerita yang, entah bagaimana, sangat aku. Sampai saat ini aku masih heran, kenapa semuanya berawalan W. Bukankan ini lucu sekali?

Tapi, Gagas, di luar ketiga W tadi, aku masih merasa perlu melakukan semacam 'test-read' sebelum membelinya. Membaca beberapa bab awal sebelum memutuskan membawanya pulang rasanya lebih meyakinkan. Maaf, bukannya aku tidak percaya, aku hanya takut kecewa. Beberapa buku terpaksa aku kembalikan ke rak, karena tidak sesuai harapan. Beberapa terlalu urakan, beberapa kekanakan, beberapa vulgar, beberapa klise. No hard feeling ya Gagas, mungkin aku memang bukan termasuk orang yang menjadi target market Gagas, jadi ngga klik aja. Ini murni personal taste kok. Somehow, Bahkan dengan test-read seperti ini, masih ada beberapa bukumu yang kuselesaikan dengan susah payah, atau bahkan tidak selesai sama sekali. Untuk buku-buku ini, awalnya aku mengira ini murni masalah selera, tapi penulis buku-buku itu punya gaya menulis dan bercerita yang kusukai, hanya saja plot dan karakternya ternyata tidak menarik.

Di ulang tahunmu yang ke-10 ini, sebagai pembaca sekaligus teman, namun juga kritikus, aku ingin membagi harapan. Harapan yang mendorongmu memberikan the best the best possible reading experience** untuk pembaca saat ini dan bahkan calon pembacamu nanti.

1. Aku berharap Gagas tetap menjaga iklim kekeluargaan. Aku pernah membaca blog salah satu penulismu dan menemukan bagaimana orang-orang di dalam Gagas berinteraksi. Aku menyimpulkan kalian sangat akrab, saling support, mau belajar dan membangun satu sama lain. Keep up the good work! Eh, boleh juga loh hadiah kompetisi itu 1 hari penuh mengunjungi kantor Gagas dan melihat bagaimana keluarga Gagas bekerja memproduksi buku^^


2.  Please, raise up more Indonesian young writers. Perbanyak kompetisi dan pelatihan menulis. Motivasi bangsa ini menjadikan menulis sebagai budaya. Haha, kedengaran terlalu nasionalis ya? :p Well, menjadi penulis sepertinya menjadi mimpi sebagian anak muda bangsa ini, tapi banyak yang tidak terwujud. Bukan karena tidak mampu, tapi tidak punya kesempatan. Gagas, kamu sangat bisa menyediakan kesempatan itu :)

3. Walaupun Mrs. Atwood bilang you never know who might read your books, berusaha mengenali pembacamu adalah mutlak. Jangan lupa untuk terus membuka diri supaya pembaca juga mengenalmu. Terima kasih sudah mengadakan temu pengarang dan kuis-kuis menarik. Kalau bisa diperbanyak ya Gagas, sampai ke kota-kota kecil di ujung Indonesia.

4. Stay creative dan terus berinovasi. Aku masih sangat ingat kalau Gagas adalah trend-setter untuk novel teen-lit, chick-lit, metro-pop, just name it. Belakangan, bahkan penerbit besar pun menggarap lahan yang sama ;) And look at that covers right now, sangat Gagas! Kalau udah banyak yang nyamain gini, bikin breakthrough dong, don't stay in the comfort zone.

5. Gimana kalo Gagas bikin program CSR yang melibatkan tidak hanya penulis tapi juga pembaca.? Misalnya, donasi buku untuk anak jalanan, recycle paper - save the trees (mumpung Jakarta lagi penghijauan nih :p), atau mengundang anak yatim piatu nonton film yang diangkat dari buku Gagas sepertinya bisa jadi pilihan.

6. Akan sangat menarik kalau Gagas mulai ekspansi ke bisnis sampingan tapi ga jauh-jauh dari dunia literatur. Misalnya dengan bikin merchandise yang ada hubungannya dengan buku: note book yang covernya quote dari buku-buku Gagas, tas/pencil case yang motifnya cover buku, dinner set tema STPC, atau apapun itu. Akan lebih oke lagi kalau merchandise-merchandise itu dibagikan gratis ke pembaca setia hehehe...

7. Biar kedekatan Gagas dengan pembaca makin wah, akan bagus banget kalau diadain Gagas Festival tiap tahun, sekalian ngerayain ulang tahun Gagas. Di Festival ini, diadakan rangkaian acara, mulai dari book fair, book swap, temu pengarang, nonton bareng film yang diangkat dari buku Gagas, book signing, lomba-lomba, music performance... Pokoknya segala event yang mengajak pembaca mengenal Gagas dan celebrate books even more! Ga usah lama-lama sih (aku tahu ini biayanya  cukup besar :p), cukup 1-2 hari juga oke :)

8.Perbanyak terjemahan dari buku-buku fiksi klasik, seperti Snow Country - Yasunari Kawabata. Well, menerbitkan Snow Country ini juga gebrakan berani. Thank you Gagas! :D

9. Supaya lebih memudahkan pembaca membeli buku, aku berharap Gagas melayani pembelian online, dengan diskon tentunya^^ Soalnya kadang pengen cari terbitan Gagas Media yang lama-lama tapi di toko buku sudah habis. Pembelian online pasti akan sangat membantu ;)

10. Semoga Gagas semakin generous bagi-bagi novel gratis buat Blogger Buku Indonesia (soalnya aku anggota ahahaha) yang biasa bikin review disini. Lalu aku berharap suatu hari nanti Gagas menerbitkan novelku. Hahaha, I know the last wish is very personal. Tapi ulang tahun juga saat yang tepat untuk memberi hadiah bagi orang lain loh :p

Finally, life is not a wish-granting factory, begitu yang kubaca di Fault in Our Stars. Tapi harapan selalu menjadi bahan bakar yang baik untuk masa depan. Selamat ulang tahun, Gagas. Terus menggagas dunia buku yang bermutu!



Love,

Dhieta


* meminjam istilah Paulo Coelho tentang dunia penerbitan "Publishing is in a kind of Jurassic Age
 ** meminjam istilah John Green  dari quote “In the end, what makes a book valuable is not the paper it’s printed on, but the thousands of hours of work by dozens of people who are dedicated to creating the best possible reading experience for you.”