29 Oct 2014

Ulang Tahun dan Hal-Hal Gila


Kurang dari satu jam, saya dan Fia harus meninggalkan Birmingham. Saya kembali ke Leicester dengan kereta, sementara Fia harus mengejar bis antar kota ke London. Disini, bis antar kota itu familiar dengan sebutan coach. Menuju ke halte bis, untuk kesekian kalinya kami melewati sebuah kafe yang menarik. Desainnya mengingatkan saya pada film-film klasik yang menampilkan wanita-wanita dengan rok mengembang. Saya mengajak Fia menghabiskan waktu disana. Nama kafe itu The Shakespeare, dan sepertinya mereka menyajikan fish and chips.

Memasuki The Shakespeare, saya baru sadar kalau apa yang saya kira kafe, ternyata adalah sebuah pub. Botol-botol bir nampak memenuhi etalase. Buat saya, sama sekali tidak masalah. Tapi bagi Fia, gadis berjilbab yang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, botol-botol itu agak mengintimidasi. Tapi dia sangat pengertian ketika saya memesan ginger beer. Sementara Fia masih setia dengan cokelat panas kesukaannya.


Bir jahe ini otomatis masuk daftar favorit saya


Yang Saya Suka Saat Musim Gugur (1)

Meskipun cuaca tidak menentu, hari-hari musim gugur tetap jadi kesukaan saya. Ada beberapa detail musim ini yang membuat hati saya hangat, dan, walaupun langit sering sekali mendung, saya masih sering berjalan sambil tersenyum.


Green Park, London, awal musim gugur 2014

Ini hal-hal yang saya sukai saat musim gugur...


24 Oct 2014

Diwali : A Night of Light... and Dance!

Apa yang ada di pikiranmu ketika mendengar tentang 'perayaan orang India'?

Kalau saya, saya akan membayangkan kerumunan orang dan tari-tarian. Seperti yang sering saya lihat di film-film India yang dulu sering diputar di televisi nasional kita. Dan ternyata, apa yang saya temui di Diwali - perayaan tahun baru India - memang seperti itu.

***

Memasuki Belgrave Road, sayup-sayup saya mendengar musik khas India. Belgrave Road dan sekitarnya adalah kawasan komunitas India di Leicester, Inggris. Mungkin seperti Little India di Singapura. Sebulan tinggal di Leicester, saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di area ini. Padahal, Belgrave Road berada tidak terlalu jauh dari City Centre. Hanya sepelemparan batu.

Malam ini kami datang ke Belgrave Road untuk melihat perayaan Diwali, tahun baru orang India. Saya ingin mengatakan tahun baru Hindu, tapi setahu saya umat Hindu di Bali tidak merayakan Diwali. Bisa saja karena Hindu Bali tidak sama dengan Hindu India. Atau mungkin ini semata saya yang kurang informasi. Dunia yang luas ini memang penuh dengan hal-hal yang belum saya mengerti.


22 Oct 2014

Kadang, Kita Hanya Perlu Melompat Keluar Dari Perahu.

Dulu saya pernah membaca tentang seseorang yang selama hidupnya tidak pernah melakukan perjalanan karena dia terlalu banyak mempertimbangkan. Dia mempertimbangkan kesibukan, isi tabungan, juga tantangan berkelana sendirian. Pendek kata, dia memikirkan apakah keluar dari zona nyaman itu bijaksana.

Mempertimbangkan tentu tidak salah. Tapi, kalau terlalu banyak, bukankah itu seperti menyembunyikan hidup dari kejutan? Kadang mempertimbangkan justru membuat kita ketakutan. Lalu akhirnya kita memutuskan menjalani hidup tanpa petualangan. Kalau seperti ini, siapa yang bisa menjamin kita tidak menyesal?

Mungkin karena saya seorang yang spontan, saya sangat setuju dengan Lewis Caroll,

"No, no! The adventure first, explanations take such a dreadful time,"


28 Sept 2014

Paris, encore!

Saya sudah tidak ingat apa yang diceritakan oleh Ernest Hemingway di bukunya The Moveable Feast, kecuali satu quote ini...


"If you are lucky enough to have lived in Paris as a young man, then wherever you go for the rest of your life, it stays with you, for Paris is a moveable feast."

Empat tahun yang lalusaya cukup beruntung bisa menikmati Paris selama tiga bulan. Mungkin memang karena itu, because wherever I go for the rest of my life - Paris stays with me, saya memutuskan singgah di Paris dalam perjalanan Jakarta - London. Seakan perjalanan 14 jam Jakarta - Paris tidak melelahkan, saya menambahkan 11 jam transit di Paris. Total perjalanan saya 27 jam dengan transit sejenak di Singapura.

Apa artinya berada di Paris untuk kedua kalinya?

Artinya saya menemukan Paris masih beraroma dedaunan. Saya juga menemukan Paris masih berwarna keemasan walaupun musim gugur belum sepenuhnya datang. Saya merasa saya sudah tidak lagi ketakutan, karena saya tahu, sepanjang saya bisa menemukan stasiun metro, saya akan selalu bisa kembali ke bandara.




Lalu saya mulai mengamati orang-orang. Banyak pasangan mengambil foto pre-wedding mereka di Menara Eiffel. Antrian pengunjung yang ingin naik ke puncak masih saja panjang. Rombongan remaja melakukan group photo, sepertinya mereka sedang melakukan study tour. Ada pria paruh baya berpakaian badut mencoba menarik perhatian para turis. Dengan rias wajah seperti itu, meskipun tak ada seorangpun tertarik padanya, dia tetap tersenyum. 

Paris adalah sebuah ironi. Di dalam frame yang sama, saya menemui rombongan manula kaya yang menghabiskan uangnya untuk melihat Eiffel. Sementara, tidak jauh dari mereka, ada pria, miskin, tanpa rumah, tidur di tepi jalan dengan pantat hampir kelihatan. Dia sama sekali tidak terlihat peduli dengan kerangka besi raksasa di depannya. Kadang, Paris terlihat menyedihkan.





Seperti ketika hujan mulai turun di daerah Rue de Rivoli, tepat ketika saya akan keluar dari Metro Anvers menuju Jardin de Tuileries. Padahal di kawasan Notre Dame yang baru saja saya datangi, langit berwarna biru dan matahari sangat bersahabat. Semuanya cukup menghibur meskipun saya tidak berhasil menemukan Paris titik nol. Konon, kalau kamu menginjaknya, kamu akan kembali ke Paris. Saya melakukannya empat tahun yang lalu.





Tapi saya tidak menyesali 23 Euro yang saya habiskan membeli Paris Visite Pass untuk satu hari. Satu tiket untuk naik metro sesuka hati. Saya mengunjungi Eiffel, Trocadero, Notre Dame de Paris, Bastille, Jardin de Tuileries, dan Place de La Concorde. Beberapa sudah saya kunjungi sebelumnya, tapi berjalan di tepian Sungai Seine saja, mengamati daun-dauh jatuh di bawah sepatu saya, tidak pernah jadi terlalu membosankan. 



Karena di Paris, berjalan tanpa tujuan bukanlah masalah. Wherever you go, in Paris, it doesn't matter.