27 Sept 2015

Pesan Dari Praha

 Pesan dari Praha,

Foto oleh Alfia Oktivalerina

Salam hangat dari potongan senja Sungai Vltava untuk sahabatku si Gadis Pencinta Langit...

Aku yakin kamu akan jatuh cinta dengan kota ini pada jejakan kaki pertama. Kubayangkan kau larut dalam sore dengan manisnya trdelnik dan teh (walau kau pasti tergoda mencicip Czech beer! Haha!), memandang Charles Bridge ditemani coretan puisi atau prosa novel perdanamu (ha!). Aku tahu kau tak suka riuh, jadi menyepilah di sekitar Prague Castle yang tinggi kala petang untuk menyambut cantiknya suasana malam kota dari atas sepuasmu. Atau kau bisa sekedar habiskan waktu susuri Pariszka Street yang konon mengimitasi Champs Elysees di kota favoritmu. 

Kemasi tangismu, kubur sedihmu, dan kembangkan senyum termanismu untuk semua mimpi yang belum terbayar. Ya, bernyanyilah, menarilah, rayakan hidupmu dalam kecantikan melegenda bersama kentalnya nuansa medieval dan bangunan-bangunan bergaya gothic yang mempesona nan misterius.

Sahabatku, mencintai Praha akan jauh lebih sederhana sebab ia tak akan membuatmu kehabisan air mata.

***

Jawaban dari London,



Hai Gadis yang Dulu Bermimpi Menjadi Putri,

Aku membaca tulisanmu sambil menyusuri jalanan kota London. Aku beruntung memakai sunglasses karena itu berarti tidak ada yang tahu kalau aku sedang menahan air mata.

Aku tidak pernah mengira London akan menjadi kota yang menenteramkan. Kota ini masih terlalu riuh untukku apalagi ketika aku melewati Leicester Square dan Picadilly. Tapi menyusuri kawasan pemukiman yang sunyi di kota ini, memasuki toko buku-nya satu demi satu, aku merasa bahagia itu sederhana, sesederhana kesanggupanku untuk menghitung hal-hal di genggaman tangan dan kerelaanku  melepas apa yang memang tidak teraih.

Sampai di titik ini aku memutuskan untuk memandang semua seperti sebuah perjalanan. Aku ingat, tidak peduli seberapa dalam aku mencintai Paris dulu, hari itu aku harus pulang, meninggalkan jalanan batu Montmartre, meninggalkan gemerlap Champs Elysees, meninggalkan riak Sungai Seine. Aku ingat aku meninggalkan Paris dengan berat, karena Paris adalah kota yang kuimpikan selama bertahun-tahun, yang pada akhirnya bisa kuraih, tapi yang sejak awal aku tahu waktuku bersamanya hanya sementara. Tapi satu hal yang pasti, selama di Paris, aku bahagia, dan itu cukup.

Tentang perjalanan ini, kalau pada akhirnya waktuku habis dan aku memang tidak bisa tinggal, setidaknya aku berharap aku telah meninggalkan jejak. Semoga jejak itu adalah jejak yang baik, jejak yang memberi pelajaran, jejak yang mengajar bijaksana, dan jejak yang berharga untuk dikenang.

Terima kasih telah berjalan bersamaku di perjalanan ini. Suatu hari nanti, aku akan mengunjungi Praha, dan melakukan semua yang kau tulis, sambil mengingatmu. Semoga pada saat itu, kamu, Gadis yang Dulu Bermimpi Menjadi Putri, sudah mencapai impianmu di Oxford, di antara tumpukan buku-buku dan kesempatan-kesempatan tak terbatas.

Akan ada saatnya kita duduk minum teh dan bertukar cerita-cerita bahagia.



No comments:

Post a Comment