27 Jun 2013

10 Things I Hope from GagasMedia #unforgotTEN

Post ini diikutkan dalam kompetisi menulis 10 harapan untuk Gagas Media. Info lebih lanjut disini


Dear Gagas,

Margaret Atwood pernah bilang, menerbitkan buku itu seperti memasukkan catatan ke dalam botol dan melepaskannya ke laut. Beberapa tenggelam, beberapa sampai ke daratan. Setelah itu, ketika catatannya telah dibaca, beberapa diapresiasi, beberapa disalahmengerti, atau bahkan sangat dipahami  tapi oleh mereka yang membenci pesannya. Penerbit tidak pernah benar-benar tahu siapa yang akan membaca bukunya.

Aku tidak terlalu tahu seluk beluk dunia penerbitan buku, tapi sebagai penulis kawakan, Mrs. Atwood pasti paham. Jadi kalau dunia penerbitan penuh ketidakpastian - seperti Mrs. Atwood bilang - 10 tahun usiamu sekarang adalah pencapaian. Tidak banyak yang mau terjun dalam bisnis literatur (menjadi penulis, editor, penerjemah, penerbit...), tapi kamu melakukannya, kamu masuk ke dalam this Jurassic age* lalu berjuang dan bertahan.

24 Apr 2013

Kota Kelabu

Ke kotamu, aku sempat singgah. 

Dari ketinggian ada mendung menggantung perlahan. Siang itu hujan turun. Aku bukan pembaca pertanda, pria kelabu. Tapi di mataku, kotamu kelabu. Sepertimu.

Aku mencoba mencari melankoli. Mengingat kembali cerita-cerita yang sempat kau bagikan. Dulu. Ketika kisah kita sesederhana hari-hari yang dilewatkan tanpa ketakutan. Ketika menonton jazz jalanan adalah kemewahan. Dan sepiring roti bakar cukup menghangatkan percakapan.


25 Jan 2013

Kicau

pagi masih kelabu muda
waktu burung-burung ternyata
berkicau di jakarta

tak berapa lama
ada riuh



Bandar Seri Begawan, 25 Januari 2013


setelah sekian lama, akhirnya kata-kata menemukan kembali ritmenya :)

14 Dec 2012

Kupang : Jejak Alam dan Para Nelayan

Berada di Kupang untuk urusan pekerjaan, tidak memberi banyak kesempatan untuk mengeksplorasi kota ini. Tapi, bahkan sebelum saya sampai kesana, Kupang sudah seperti sesuatu yang akrab. Lalu ketika saya membuat langkah pertama di bandara El Tari, ingatan saya justru melayang ke Melbourne, Australia. Membayangkan sahabat saya, Wawan, sedang tidur siang di Victoria Park, bersantai di antara tuntutan pendidikan pasca sarjana.

Wawan adalah anak Kupang asli. Nama lengkapnya Wanry Wabang. Dulu, salah satu widya iswara di kelas diklat kami dengan semena-mena memanggilnya Yoseph. Entah kenapa. Lalu, entah dari mana, tiba-tiba muncul pula label Muhammad yang dilekatkan pada namanya. Sejak masa diklat itu, secara informal, namanya berubah menjadi Muhammad Yoseph Wanry Wabang. Seakan belum cukup  aniaya pada namanya, kami memanggilnya Wawan. Mereka yang hanya mendengar panggilannya, akan mengira dia orang Jawa. Nyatanya, Wawan memiliki perawakan khas pria Indonesia Timur: kulit gelap, rambut keriting, mata yang dalam dan suara yang merdu.


8 Dec 2012

This Saturday Afternoon

I'm in Dunkin Donut having croissant and hot hazelnut

The city gets misty while I'm writing a short story

I'm a loner. Suddenly feel like a writer



*waiting for Aulia Sisca finish her job. there's a man in the corner and his cute baby. the playlist is full with White Shoes and the Couple Company.