29 Jul 2015

Kita Pernah






kita pernah berjalan di antara gugur daun,
derai salju, rintik hujan dan tiupan angin
kita pernah duduk melamun
di tepian sungai, padang, hutan, ladang dan pantai
kita pernah berbagi tawa, duka, cerita, rencana dan rahasia
kita pernah sadar melangkah bersama tidak sederhana
tapi kita pernah memutuskan langit terlalu luas,
bumi terlalu lebar dan perjalanan terlalu singkat





28 Jul 2015

Sahabat Perempuan - Febrina Tias Wari


Setiap kali melihat rak buku, barisan buku yang berdiri tegak di dalamnya. Hujan yang mengawali November, bangku taman, lampu yang berwarna sendu dan cerita kecil di balik secangkir teh. Selalu ingat sahabat perempuanku nan jauh di sana, perempuan dengan sejuta mimpi, sejuta keinginan untuk melangkahkan kaki mengelilingi dunia.

Puisi singkat ini ditulis oleh sahabat saya Febri. Kami sama-sama mencintai perjalanan, walaupun dia adalah Gadis yang Mencintai Laut, sementara saya adalah Gadis yang Mencintai Langit. Febri suka bermain ombak dan pasir di pantai, bersama keheningan dan angin yang mempermainkan rambutnya. Dia adalah seorang gadis yang lembut hati, tapi tegas pada apa yang ia percayai.

Setiap kali saya lupa untuk berjalan dengan kepala tegak, Febri adalah orang yang mengingatkan saya bahwa hidup saya adalah hidup yang diinginkan begitu banyak orang. 

Puisi Febri seperti penanda betapa ia mengenal saya dan mimpi-mimpi saya. Saya tahu saya beruntung memiliki sahabat yang mengingat saya dalam banyak hal kecil yang ia temui. Bukankah persahabatan adalah tentang saling mengingat saat pelukan terasa jauh dan waktu tidak saling berpapasan?

Tulisan Febri yang lain dapat dibaca disini dan disini.


Maya Menari - Daniel Sasongko

(Dibuat di bulan Maret, menjelang ultah Mekar Andaryani Pradipta, dimaksudkan sebagai hadiah, namun beberapa ganjalan dari editor membuatnya baru bisa dimunculkan sekarang. Idenya dari chatting soal merapal kata teritori putri peri)

maya menari
di blog yang di rekat
di tepi hari-hari

diangkatnya kaki
dijejaknya bumi senyari
dikibasnya selendang diantara jari

selendang berwarna nyeri
dan kebasan yang sepi

mengiris cat dinding
dan kelupas luka di jari

cat kuku
dan selendang warna biru

ketika tanganmu mengepak
ada yang siap kau lepas

banyak kata yang tercekat
berkejaran dengan langkahmu yang rikat

meruap dan tersesat
ditepitepi teritorimu

adakah kau rapalkan mantra?
bibirmu komatkamit bicara

       teritori putri peri
       teritori putri peri

tetaplah di sini
please stay, kau tak boleh pergi


Magelang, Maret-Juni 2011



Puisi ini hadiah dari sahabat sekaligus abang, Daniel Sasongko, saat saya berulang tahun ke-25. Dia adalah laki-laki rembulan, seperti arti nama belakangnya. Pembawaannya tenang, pecandu kopi dan penikmat puisi.

Mas Dani adalah sedikit orang dengan siapa saya bisa bicara tentang puisi. Tidak terhitung betapa seringnya kami saling memberi semangat agar tak berhenti mencari inspirasi. Tapi, tidak hanya puisi, kami juga banyak bicara tentang jazz, buku-buku, dan film-film sendu. Kalau dirunut, dalam setiap pembicaraan kami selalu muncul topik tentang rubrik sastra di kompas Minggu dan trilogi Before Sunrise - Before Sunset - Before Midnight.

Puisi yang dia buat selama ini kadang gelap, kadang temaram, tapi menenangkan.

Puisi Maya Menari ini bukan puisi pertama yang dia buat untuk saya. Tapi saya sepertinya harus membongkar kamar untuk menemukan buku kumpulan puisinya dan menuliskan puisi-puisi lain yang pernah ia tulis untuk saya. 

26 Jul 2015

Serpih

1.
kita duduk berdua di sudut ruang
tanpa kata, hanya sunyi
tapi pandangan mata sesekali pun
terasa cukup

2.
kita bukan peminum kopi
tapi kadang kita terjaga malam-malam
sekadar bertukar pesan
esok kita bangun dengan senyuman

3.
sebatas sajak,
rinduku kuterbangkan bersayap kata
biar sajak yang memutuskan
bilakah rindu ini dibiarkan ditemukan



Puisi Sunyi

aku mencintaimu
dalam lembar-lembar puisi
dalam kata-kata
yang maknanya tersembunyi
aku mencintaimu
dalam sunyi